Amateur's Traveler

Love . Laugh . Life . Travel . Backpacker . Kuliner

Latest Posts
3 Maret 2018

Hari ini Papaku berulangtahun tepat diusia ke-60 tahun. Dulu waktu Papa masih satu rumah dengan kami disubuh hari sebelum sholat subuh berjamaah kami menyempatkan mengucapkan selamat ulangtahun untuk papa, walau disambut dingin oleh beliau. Papa orang yang sangat dingin, tanpa ekspresi, dalam otakku hanya tahu papa sosok pria yang cuek. Mungkin karena papa seorang pria, itu penilaianku saat itu, saat usiaku hampir 27 tahun. Papaku seorang wiraswasta tamatan SD, berdagang dari waktu masih muda hingga akhirnya usaha ikan yang beliau kelola maju dan kami sekeluarga harus pindah ke Bangka. Pindah sekolah dan bertemu dan teman-teman baru. Walau Papaku sekolah tidak setinggi anak-anaknya, tapi beliau jadi "my favorite man" kalo sholat jamaah, doanya setelah sholatnya banyak, dan beliau tidak akan pernah terganti.

Papa dan Mama tidak satu kota lagi denganku dan adikku, Citra. Papa dan Mama hijrah ke Kota asal kami Palembang, memulai kehidupan baru disana. Sedangkan Aku dan adikku Citra kami menetap di Pangkal Pinang,

flash back 2015
alhamdulillah semenjak usaha Papa tidak sejaya dulu, anak-anaknya sudah mandiri, sudah cukup untuk berdiri sendiri, Adikku yang bungsu namanya Rezky sejak tamat sekolah, mencoba mengadu nasib untuk ikut secaba polisi, namun saat ikut test dia harus gagal, disaat itu juga Rezky mencoba mendaftar kuliah disalah satu universitas negeri di Jakarta, Jadi saat itu yang harus di kuliahkan oleh mama ada 2 Orang, Citra dan Rezky. walau citra sambil bekerja sebagai honorer di salah satu dinas di pemprov di kota itu, tidak bisa dia mengcover biaya kuliah sehingga citra juga masih di subsidi oleh mama. Oke kesepakatannya Rezky akan kuliah, aku sepakat dengan mama, aku akan bantu biaya kuliah adik bungsuku. Syukurnya aku pun sudah lulus kuliah, Gaji ku di perusahaan swasta tempatku bekerja bisa untuk bantu kuliah adik.
Disaat Rezky ujian masuk universitas, dia juga sedang mengikuti PON di Bandung perwakilan dari Prov Babel. Alhamdulillah disaat yang bersamaan Rezky pun mendapatkan tawaran ikut secaba TNI unggulan atlet, doa orangtua yang siang malam selalu menemani langkah anak-anaknya.
Lalu kami pun kembali berpisah dengan Rezky yang harus dinas di Jakarta.

awal Februari 2018
Hari itu cutiku di approve oleh pemimpin, tempat kerjaku baruku di salah satu perbankan BUMN yang sejak 2016 aku mulai kerja disini. Cuti tahunan 12 hari, bayangkan 1 tahun full dari 2017 cuti ngga kepake, aku putuskan untuk pulang ke Palembang, 12 hari ? ke palembang ? kenapa ngga liburan kemana kek..
Itu pertanyaan yang ku dapati saat aku bilang ke teman-teman cuti ku di approve. Jawabanku saat itu cuma satu, pengen pulang aja liat orangtua ..
Tiba di Palembang aku quality time dengan Papa dan Mama. Papa memiliki riwayat sakit jantung, sewaktu-waktu kambuh, harus mendapati oksigen di IGD ntah itu pagi,siang atau malam,
Setiap hari yang ku tanya Papa pengen makan apa? Papa pengen beli apa ? Papa pengen kemana ?
Jadi selama cuti di Palembang, kami ketempat makan kesukaan papa, ke rumah saudara-saudara papa yang pengen beliau datangi, ke dokter checkup, dengerin langsung dokternya ngomong apa, ngga boleh makan apa, ngga boleh ngapain aja. Papa cukup bandel urusan makan dan recovery, tapi kalo anaknya sudah bilang papa ngga boleh ini ngga boleh itu ya, jawaban papa cuma satu, iyo Nak.
Suatu hari papa alergi kulit wajah karena terpapar sinar matahari dan polusi lalu aku bawa ke dokter praktek kulit, pulangnya kami makan nasi padang di depan klinik, kesukaan papa pengen makan gulai kikil sama ayam goreng. Pulang dari klinik, sudah mandi papa ngoles sendiri salep ke wajahnya, aku sampai menawarkan bantuan "sini biar ani yg olesin" dan papa tidak keberatan untuk di bantu.What a beautiful moment :')
Saat cuti memang aku rencanakan adik-adikku harus pulang semua, tapi yang bisa pulang cuma Rezky beberapa hari sedangkan citra karena kerja dan ngga bisa izin jadi ngga bisa pulang, janjiku sama papa waktu itu, "nanti kita beli oxygen yang bagus ya pa biar kalo sesak ngga perlu ke IGD" , "oh iya Nak mahal ngga oxygennya?" "ngga pah" Cuma saat itu aku belum punya uang cukup untuk belinya jadi bermaksud menunggu gajian.

sempat mengajak papa foto, sesekali terbesit difikiran, jangan-jangan ini kali terakhir tapi beberapa kali pula aku tepis pikiran-pikiran itu. Hingga saatnya harus pulang karena masa cuti sudah hampir selesai. Pamitan dengan Papa dan Mama, berat kami melangkah ...

 
Sabtu, 3 Maret 2018,
Siang itu Aku, Adikku dan Titien, makan makan siang bersama disalah satu rumah makan. sambil mengunggu VC via Whatsapp melalui Telepon Mama
Mama mengarahkan kamera depannya ke arah Papa yang sedang duduk diteras rumah, ucapan doa , harapan, semoga papa lekas membaik, lekas sehat kami sampaikan, senyum tipisnya terlihat. Siapa yang mengira itu adalah ulangtahun terakhir papa..

Senin, 2 April 2018
Seperti biasa di tempat kerjaku di awal minggu akan ramai sekali nasabah, hari itu jadi hari yang melelahkan, sore hari setelah tutup kas, tel batch kas masuk, kas keluar dan pemindahan hari itu sebelum maghrib sudah selesai padahal hari itu crowded. Lepas sholat maghrib di lantai 2 aku bantuin penyeliaku beresin kerjaain di belakang, seperti biasanya. Selepas jam operasional, kami sudah bisa menggunakan handphone, pas sekali saat selesai sholat baru handphone ku berdering, itu telepon dari Adikku, Citra.
di Telepon itu Citra nangis sejadi-jadinya, tidak berkata apapun, hanya menangis ..
fikiranku kalut, jantungku deg-degan, tanganku gemetaran, tapi aku coba tenang, beberapa pasang mata diruangan itu melihat kearahku, karena saat angkat telepon aku antusias dan tiba-tiba hening.
"ce' .. Papa meninggal" hanya itu yang bisa di katakan adikku semampunya, selebihnya dia kembali sesegukan menangis.
"innalillahiwainnailahirojiun .. " aku tutup telepon, dan tertunduk menangis menutupi wajahku, seperti sedang mimpi buruk. dikuatkan oleh rekan-rekan kerja dan penyelia ku yang mencoba menanyakan siapa yang meninggal. Ku lihat kembali di handphoneku, sore itu beberapa kali mama mencoba menghubungiku tapi karena handphoneku diloker jadi tidak bisa diangkat.

Penyeliaku menyuruhku untuk pulang lebih dulu, aku masih diam, bingung, aku duduk di banking hall ditemani beberapa rekan yang tetap menguatkanku yang masih menangis, syukurnya saat itu aku berada dilingkungan orang-orang yang luar biasa baik, seniorku dikantor membantu mengusahakan mencari penerbangan malam itu, penerbangan sore ke Palembang sudah take off jam 6 sore tadi, tinggal menunggu penerbangan terakhir jam setengah 8. Senior dikantorku berusaha nyari info tiket yang available , sampe akhirnya aku disuruh pulang dulu untuk bawa baju secukupnya dan langsung ke bandara dengan baju kerja yang masih melekat di badan. Waktu sampe kostan, ku lihat pesawat yang akan berangkat ke Palembang sudah mengarah turun. Aku berulang kali dihubungi untuk langsung ke bandara padahal supir kantor sudah menunggu di depan kostan. Temanku datang pake motornya, naik mobil ngga memungkinkan untuk bisa sampai bandara tepat waktu. Akhirnya aku ikut Rudi pake motor besarnya (aku ga tau apa motornya ). Sudah ngga tau lagi berapa kecepatan motornya melaju, yang pastinya nyawa sudah kayak di ujung motor itu saking ngebutnya nyalip sana nyalip sini. Tiba dibandara pimpinan ku dan beberapa bagian umum kantor sudah menunggu. 

Seniorku bilang tiketnya hanya satu. Tentukan siapa yang mau berangkat antara aku dan adikku. Aku dan adikku sepakat, aku yang pergi duluan. Sepanjang perjalanan pulang , aku cuma nangis tapi ngga punya tisu sampe ngelap pake jilbab. Penumpang disebelahku akhirnya ngasih tisu. 
Tiba di bandara aku dijemput sahabatku Akbar,  
Sepanjang jalan pulang cuma bisa nangis 
 
Tiba didepan gang rumah, menggunakan tas ransel aku turun dari mobil, sepanjang gang sudah ramai keluarga yang menyambut yang datang, tatapan sepanjang berjalan menuju rumah masih kosong, om ku adik mama menyambutku dari depan rumah, suara yasinan sudah terdengar, dilepaskannya tas ku, "yang sabar ya rani... "
tangisku pecah..
aku masuk kedalam rumah, papa sudah tidur dikeliling oleh keluarga dan tetangga yang ta'ziyah.
aku buka kain penutup nya, aku peluk badannya yang sudah dingin dan kaku, aku ciumi pipinya.
Saat itu rasanya hidupku terhenti sejenak, semua terasa jadi "gelap"

Semua orang sudah pulang, beberapa keluarga masih ada yang tinggal. Aku sudah ganti baju, ku ambil bantal,dan tidur disamping almarhum sambil ke pegangi tangannya, aku peluk badannya yang sudah menyusut, papaku sudah meninggal dunia.
Aku hanya berharap, jika aku tertidur, yang ku lihat dan aku rasakan hari itu hanya mimpi buruk dan saat bangun aku cuma ingin pulang dan peluk papa lama-lama.
papa tidak dimakamkan saat itu juga, karena menunggu kakakku yang kebetulan sedang liburan dg keluarga kecilnya ke bandung dan sudah diperjalanan pulang, adikku citra yang harus terbang dr pkp pagi hari dan adik bungsuku Rezky yang juga tidak mendapatkan pesawat malam itu dari Jakarta.

Paginya..
Kami sudah berkumpul, memandikan papa, disholatkan lalu, dimakamkan di dekat makam orangtuanya setelah sholat dzuhur.

03 April 2020 Tepat Papa dimakamkan , tepat 1 bulan setelah Papa berusia 60 tahun. 
Tidak pernah ada yang tahu usia, ku fikir orangtuaku akan selalu ada ketika kami semua akan menikah,kufikir orangtuaku akan selalu sehat sampai punya banyak cucu, ternyata hari  ini bertemu belum tentu besok bisa berjumpa lagi. 

Namun sebelum papa meninggal, setidaknya kami sudah menunjukkan pada Papa, kami sudah bisa mandiri, kami sudah bisa buat bangga orangtua, walau perjuangan yang kami lalui tidak seberat almarhum membangun usaha dan jatuh bangun hidupnya. Cerita-cerita dari orang-orang yang mengenal Papa dengan baik cukup untuk menguatkan kami, berbuat baik itu tidak untuk hari ini saja tapi bekal untuk besok,


Kami sayang Papa,

Sabtu pagi 13 April 2019


Kami berlima adalah rombongan terakhir dari Pangkalpinang menuju Jakarta, sementara rombongan lain sudah lebih dulu berangkat menggunakan kapal laut dari Pelabuhan Pangkalbalam Pangkalpinang menempuh perjalanan laut kurang lebih 18 jam perjalanan laut di hari Kamis Malam.
Sabtu Siang tiba di Jakarta menuju Stasiun Senen Jakarta sambil menunggu rombongan lain dari Pelabuhan dan beberapa teman yang datang dari Jakarta langsung dan dari Lampung.
Tiket kereta api sudah ditangan.

Menggunakan kereta Matarmaja dari Senen perjalanan kami tempuh selama 6 jam menuju Pekalongan. Biaya untuk tiket kereta Rp 110.000,00
Kedengerannya menyenangkan. Ini kali pertama Saya ke Pekalongan.
Rencana awal sebenanya sudah disusun sedemikian baik. Bersama beberapa teman dari Bangka dan Bangka barat Kami berencana melakukan pendakian pertama ke Semeru, yang katanya puncak para dewa.

Beberapa hari sebelum keberangkatan, kami selalu memantau pendaftaran online untuk ke Semeru, sampai di Hari H keberangkatan pun masih belum dibuka kuota untuk pendaftaran. Menurut info beberapa rekan yang sudah pernah melakukan pendakian ke Semeru, tutup di awal tahun sampai kurang lebih 3 bulan biasanya untuk pemulihan ekosistem.


Sampai sudah duduk dikeretapun kami masih banyak berharap pada kuota yang tak kunjung bisa di daftarkan.
tiba di pekalongan jam 21.00 kami menuju kerumah keluarga Bang Andi, salah satu team yang berangkat. Dijamu dengan hangat oleh Pak De dan Bu de (Panggilan untuk paman dan bibi dalam bahasa Jawa) disiapkan kamar tidur untuk Saya dan Caca. Sementara teman-teman pria tidur di ruang tamu. Hidangan makan malam sudah disiapkan untuk menghangatkan perut yang mulai bergejolak lapar sedari perjalanan panjang. Sementara yang lain rehat dan mempersiapkan peralatan sebelum mendaki dan Beberapa masih bercengkrama satu sama lain.
Malam berlalu...
Disambut pagi yang cerah, sejak subuh Kami sudah mulai mengantri di kamar mandi, prepare, sarapan, kemudian pamitan ..


Foto di teras rumah Pak de bersama team FKPA
Pendakian pertamaku segera dimulai, menggunakan mobil terbuka jenis L-300 kami ber 13 melanjutkan perjalanan menuju Dieng Wonosobo. Biaya yang kami keluarkan 1 kali perjalanan dari Pekalongan menuju Dieng merogoh kocek Rp 700.000 hingga Rp 800.000 menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam. Tapi jangan khawatir, pemandangan sepanjang perjalan membuatmu lupa 3 jam itu lama. Lembah dan ketinggian yang belum pernah Saya lihat sebelumnya,
Tiba di Dieng kami bertemu dengan 2 orang lagi yang sebelumnya sudah terlebih dahulu mendaki ke Gunung Raung. Total team ber 15 jam 15.00 kami menuju ke basecamp yang tak begitu jauh. di Basecamp kami rombak peralatan, hanya membawa beberapa yang dbutuhkan saja ke atas, jaket, 1 atau 2 baju ganti, sarung tangan, kaos kaki, logistik selama 1 hari penuh untuk malam dan pagi menuju siang sisanya di titipkan di basecamp dieng dan sangat aman. Logistik dan beberapa peralatan di hitung jumlahnya, dari roti,obat-obatan hingga permen air minum. Karena ketika naik dan turun jumlah kemasan yang dibawa harus sama jadi harus detail yang dilaporkan. Di gunung kita dilarang membawa tisu basah karena utamanya didalam tisu basah ada kandungan plastik yang membuat dia tidak mudah diurai.

lalu di sore itu kami melanjutkan perjalanan ke Prau, kurang lebih perjalanan 2 jam lumayan lah untuk pemula seperti Saya. Sepanjang  perjalanan jalur pendakian tidak terlalu banyak tebing menanjak pun disuguhi dengan pemandangan yang Indah, berpapasan dengan beberapa pendaki yang hari itu baru akan turun dari puncak, sesekali kami bertanya, "gimana Mas,Mba cuacanya diatas sana" "wah kemarin 2 hari berturut-turut berawan dan hujan". Hari itu memang kami disambut dengan cuaca berawan dan rintik ujan, tanah selama pendakian pun agak becek bekas hujan. Hati kalut, sudah ngga jadi ke Semeru, naik gunung cuacanya ngga bagus. Team optimis, yasudah kita lanjutkan dulu perjalanan sambil berdoa sepanjang perjalanan semoga Allah kasih kita cuaca yang bagus besok. Tiba di puncak Prau tepat jam 17.30 langsung mendirikan tenda, beberapa masak air untuk menghangatkan badan, udara mulai terasa dingin. Karena pertama kali naik gunung, langsung pake jaket trus di dalam tenda aja ngga keluar-keluar, anginnya dingin. Hari sudah jam 12 malam, Saya awalnya sudah tidur lebih dulu karena capek, kebangun karena kaki mulai dingin padahal sudah pake Sleeping Bag, Jaket dan Kaos kaki 2 lapis. Dan pengalaman pertama nangis tengah malem sesegukan gara-gara kedinginan bener-bener ngga bisa tidur menggigil. Duduk salah tiduran salah sampe dalam hati bilang abis ini ngga mau lagi naik gunung. Trus kaos kakinya di bantuin lagi tambah jadi 3 lapis sama pake 2 sleeping bag, alhasil baru agak hangat, Sebenarnya sugesti menggigil juga berpengaruh, karena sugestinya di gunung pasi dingin yah kebawa sampe pikiran alhasil menggigil beneran. hmmm


Pagi menjelang, suara-suara mulai terdengar riuh di luar tenda. Oh sudah asik melihat pemandangan, muda mudi berfoto ria, selfie, ada yang minta difotoin, ada yang cuma foto pemandangannya, ada yang cuma menikmati hangatnya mentari pagi berlatar kabut awan tipis yang menyelimuti sebagan gunung sumbing dan sindoro. Termasuk kami ... tidak ingin melewatkan moment itu. Sarapan pagi itu masak mie goreng, nasi , nugget plus orek tempe teri, makanan mewah versi naik gunung.







Bersama sebagian dari Team Pendaki FKPA berlatar Golden Sunrise

Sebelum matahari berada di atas kepala, Kami sudah beranjak turun gunung menuju basecamp , tiba disana kami melakukan penghitungan sampah mulai dari sekecil bungkus permen, puntung rokok yang dibawa, bungkus roti hingga bungkus plastik mie. Konsekuensi jika yang dihitung awal naik gunung dan dibawa pulang ada selisih kurang, sampahnya harus diambil dan dibawa turun kembali. Lumayan kaaaaannn :( :( 


Jadi dari atas gunung pun kami sudah harus disiplin dengan membawa beberapa kantong sampah semua bekas pakai masuk ke plastik sampah itu. Setelah selesai hitung sampah, kami mandi, sholat menggunakan fasilitas di Basecamp dan berkemas kembali. 

Perjalanan selanjutnya Gunung Merbabu 3145 mdpl
Menggunakan bus yang kami sewa pendakian kami mulai melalui jalur Selo, Boyolali kurang lebih 3-4  jam perjalanan sampai ke Basecamp pak Parman, sepanjang perjalanan menanjak kami disuguhi pemandangan indah lampu-lampu di bawah, hawa dingin sudah mulai terasa padahal hari baru menunjukkan jam 20.00 dan insiden lucu mengawali perjalanan kami sebelum sampai ke basecamp.


Bus yang kami tumpangi tanduk atapnya nyangkut di pintu masuk basecamp, teman-teman keluar mobil semua bantuin dibantu sama penduduk sekitar gimana caranya bisa masuk karena jarak ke basecamp masih harus menanjak lagi, udaranya dingin dan ngga memungkinkan untuk jalan kaki. Segala cara dikerahkan dari mulai pada naik keatas atap buat angkat besinya, masuk ke mobil semua org kearah depan biar mobilnya agak turun, sampe mau buang angin ban biar mobilnya jadi lebih rendah. nah endingnya tetep mobilnya ga bisa masuk, akhirnya dijalan sempit itu busnya jalan mundur sampe ketemu halaman kecil untuk bisa muter. Usaha banget untuk sampe ke basecamp. Tiba di Basecamp kami rehat, tidur susun rapih, sebagian ada yang masih cerita-cerita, nyeduh kopi teh, ngoles-ngoles balsem, pake koyo, walaupun di dalam basecamp tidurnya tetep pake sleeping bag, berasa jadi kepompong karena udaranya dingin banget gaes. Istirahat cukup biar fit esok harinya.

16 April 2019
Waktu subuh semua bangun, antrian mandi, sholat dan berkemas, untuk mendaki kami hanya membawa beberapa peralatan dan logistik, tidak semuanya dibawa, sisanya dititipkan di basecamp dan aman. Pagi sekali beberapa teman sudah ada yang kepasar membeli sayuran seperti kangkung, wortel, kentang, kol, untuk masak sop menu makan siang di atas nanti. Karena tidak ada sumber air di Merbabu, kami membawa logistik air lebih bayak dalam satu tas yang bisa menampung 20 liter untuk selama sehari semalam di puncak.
Waktu yang akan kami tempuh hingga Pos 3 kurang lebih 8 jam melalui Jalur pendakian Selo.
Memulai perjalanan Kami di sambut pemandangan hutan pinus yang sejuk. jarak menuju pos 1 kurang lebih 1-1.5 jam tipe pendakiannya masih landai dan mudah.


Gerbang masuk Taman Nasional Gunung Merbabu Jalur Pendakian Selo

Dari pos 1 menuju pos 2 jalanan mulai terjal. sepuluh menit jalan rata kemudian jalan menanjak dengan kemiringan cukup extreme. Dijalur ini banyak sekali kera berkeliaran. tiba-tiba datang menghadang dan akan tetap ikut dibelakang kalo ngga dikasih makanan. Diperjalanan ini yang memakan waktu agak lama karena lebih sering berhenti, minum, selonjoran. Belum lagi hujan dan terpaksa harus menggunakan jas hujan, agak sulit gerak  karena kepala ketutupan plastik, jarak pandang mata harus berkedip lebih sering karena tetesan air hujan, jalanan licin dan berlumpur, kebayang kan kaki kotornya kayak apa, belum lagi adegan terpeleset, gaya nangkep kodok, dan sejenisnya. Tapi Saya senang, pengalaman pertama dan dalam hati selalu ngucap MashaAllah bisa beneran naik gunung , bisa liat aslinya, biasanya cuma bisa ngegambar di buku, lihat di instagram, dengar cerita orang. Tapi capek banget Ya Allah , abis ini udh ya.. hahahah..


Tenda di Pos 3 Gunung Merbabu
Tiba di Pos 3 Kami langsung mendirikan tenda, berbenah, mempersiapkan dapur, jemur-jemur jas hujan, selepas hujan deras, kabut menutupi pemandangan. Jadi dari pos 3 menuju ke puncak Trianggulasi kurang lebih 3 jam perjalanan lagi dan kami mulai mendaki keesokan harinya pukul 03.00 subuh biar bisa melihat sunrise. Sarapan indomie pake nasi sebelum memulai pendakian, Udara dini hari begitu menyesakkan, melangkah tebing-tebing tinggi sedikit banyak membuat sesak, yang Saya rasakan oksigen semakin tipis, Jaket tebal di badan membuat ruang gerak lebih sedikit, sempit tapi kalo ga pake jaket, Saya bisa kedinginan menggigil, Sesekali Saya menoleh ke belakang turunan tebing mau balik lagi aja ke tenda tidur sepertinya lebih enak, jiwa kaum rebahanku meronta-ronta. Menggunakan senter kepala menapaki tebing yang licin bekas hujan deras kemarin, penerangan tipis hanya 1-2 meter kedepan, salah-salah ambil jalur ketemu jurang. Tapi berulang kali disemangati teman-teman jadi malu sendiri kalo harus kalah dengan ego. Sudah jalan 8 jam dari bawah, masa untuk jalan sisa 3 jam lagi mau menyerah.


Pos 3 Menuju Sabana 1


Pemandangan Sabana 1 dan 2
 Iya juga sih cuma 3 jam lagi..

Jalan lagi ..
Masuk ke Sabana 1 Saya liat tebing lagi dengan kemiringan yang hampir sama dengan naik pertama, wah Tebing lagi... muka udah sedih, hopeless, capek, yaaa namanya juga pemula, dibohongi teman-taman juga ngga tau. Bentar lagi sampe kok, bentar lagi sampe dibalik sabana itu udah deket. Saya jadi seperti anak kecil yang happy banget waktu di iming-imingi. Jalannya semangat lagi walaupun nafas udah setenagh berat, dari kejauhan memang terlihat banyak lampu senter yang mendaki sampai sabana 1, banyak yang sudah jalan lebih pagi dari kami.

Turunan Sabana 1, "Itu Puncak Gunung Merbabunya ya? " "Bukan, Lewat Sabana 2 lagi Baru Puncak Merbabunya"
Ya Allah terpukul banget pas tau masih jauh, mau balik jauh mau lanjut ga sanggup lagi. Sampe dibantuin temen-temen ada yang dorong-dorong dari belakang biar sanggup naik tebingnya, kadang ditarik dari depan, ada yang nungguin kalo berentinya kelamaan, Sumpah rasanya muka sudah pucat pasi habis darah, dingin diluar, di telapak tangan,dimuka tapi panas di dalam jaket. menurut Saya penting banget peran team disini. Tepat jam 6 sudah sampai di punggung gunung Merbabu hanya saja udah bener-bener ngga bisa ngejer Sunrisenya. Akhirnya kami menikmati hangatnya Mentari duduk disisi jalur pendakiannya. Lalu melanjutkan perjalanan Sampai ke Puncak Triangulasi, tiba di atas teman-teman saling berpelukan, ada yang menangis karena terharu bisa sampai puncak dengan ratusan drama diperjalanan, tak lupa kam juga langsung memanjatkan doa atas keselamatan dan kesehatan sampai bisa melihat keagungan-Nya. Di puncak anginnya cukup kencang, Pemandangan tidak begitu bagus namun beberapa kali gunung Merapi nampak jelas dari Puncak Merbabu. Oh ini Gunung Merapi yang sering Saya dengar dan lihat beritanya di TV, merapi nampak tenang. Angin dari puncak begitu dingin, di puncak sudah ramai pendaki berfoto-foto, menikmati pemadangan,
Puncak triangulasi Gunung Merbabu 3142 Mdpl



Jam 10.00 Rombongan sudah bersiap turun, udara semakin tidak bersahabat, takut kabut semakin tebal terbawa angin. jarak pandang semakin kecil, untuk proses turun pun tak semudah yang dibayangkan, karena kontur tanah yang tidak rata, licin dan berlubang kami pun turun harus sangat hati-hati, salah salah terpeleset bisa sampai beberapa meter, sampai kaki terasa gemeteran. Tiba kembali di Pos 3 beberapa teman yang tidak ikut ke puncak, sudah menyiapkan menu makan siang enak, sayur sop fresh from kitchen, Nasi, Tempe Goreng dan Orek Tempe Teri, makannya bagi-bagi karena orangnya banyak, dan minum yang tersisa masih sedikit jadi harus bijak menggunakannya, harus kami sisakan selama perjalanan turun ke Basecamp. Perjalanan turun lebih cepat waktunya daripada naik. bisa kurang lebih 3-4 jam.

Formasi lengkap Foto terakhir di Pos 3 Gunung Merbabu
Dari Selo Perjalanan kami lanjutkan untuk jalan-jalan ke Kota. Yogyakarta yang kami pilih.
Menggunakan kendaraan Elf dengan biaya Rp 50.000/orang menempuh perjalanan 2-3 jam. Ala-ala backpackeran, kami menginap di gratis dan hemat.

Sekian cerita naik gunung kali ini, dan mungkin ini naik gunung pertama dan terakhir kalinya. Tak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman FKPA khususnya , Bang Dwi sebagai Ketua, Alpi dengan keterbatasan isi tas menampung barang-brg ku dr Prau sampe Merbabu, Bang Selow dengan segala pengorbanannya bawa  air 20 liter sampe pos 3 merbabu, Eki, Imam, bang Satrio, Bang Ryan, Febri , Bang ABP, Bng Aswad yang selalu nyemangatin, bantuin dorong smpe kadang narik-narik biar bisa naik tebing-tebing, Giblong dengan segala caci makinya yang suka buat emosi, Peyek yang kerjaannya lawak melulu. Dan Teman-teman beda pulau, Chacha dan Nindi senang berkenalan dengan kalian dengan segala suka duka selama perjlanan 1 minggu penuh.































Sabtu malam yang begitu cerah. Langitnya bersih penuh dengan bintang. Hatipun seperti menari-nari girang tapi Saya selalu bisa menutupi rasa suka cita yang bergejolak tak karuan.
Hari yang Saya tunggu-tunggu beberapa jam lagi tiba. 

1 bulan sebelumnya..
Rekan kerja yang juga sahabat dekat Saya berencana ke Pulau Kelapan. Karena sebelumnya Saya sudah lebih dulu ikut Trip dan pamer foto-foto kece yang saya abadikan di Pulau itu bersama rombongan. 
Mereka sangat antusias untuk ikut trip ke Pulau. Yang ada di fikiran Saya saat itu, ini kesempatan emas untuk menularkan hobi saya ke temen kantor. Maklum sejak selesai kuliah, Sahabat trip diperkuliahan sekarang susah sekali buat diajak jalan karena kesibukan kita yang sekarang tidak bisa ditinggalkan. 

Sabtu malam..
Jam 21.00 
Saya, Dora, Bang Yoyot, Mas Sigit, Endi, Rico menikmati kopi hangat khas tempo doeloe di Warung Kopi TungTau sambil menata rencana sebaik mungkin.
Kami berencana akan menginap di rumah Mas Sigit, seorang teman yang dikenalkan oleh kakak kelas Saya.

Jam 23.00
Kami jemput Hermawan dan Hendri di kantor.
Sedangkan Endi berpisah karena dia akan menginap di rumah salah satu rekan kami. Sedangkan rombongan lain menginap di rumah mas Sigit karena kami harus bangun dini hari untuk pergi ke Toboali.

Jam 03.00, 17 April 2016
Kami sudah bangun pagi. Buatkan teh dan siapkan sarapan untuk pria-pria yang katanya ngga bisa bangun pagi. Karena kondisi mereka harus fit. Perjalanan ke Toboali kurang lebih 3 jam dan dini hari rawan ngantuk.
Kami mengendari 2 mobil. 1 Minibus dan 1 Pick Up. Total yang ikut trip 12 orang 
Saya, Dora, Endi, Hermawan, Rico, Hendri, Yulita, Ria, Firdi, Bang Farli, Bang Yoyot dan Mas Sigit
Menikmati pekatnya aroma subuh sepanjang jalan Koba.  

Jam 05.00 
Berhenti sejenak untuk menunaikan kewajiban Sholat Subuh di salah satu masjid di bundaran Koba lalu melanjutkan perjalanan menuju Toboali
Saya sangat menikmati perjalanan ini sambil berdoa dalam hati semoga Allah menciptakan langit yang cerah agar Saya bisa menceritakan pada Sahabat indahnya apa yang telah Saya lihat kemarin.
Tidak lengkap rasanya apa yang Saya lihat bulan lalu tidak dilihat mereka seperti yang saya ceritakan.
Langit berwarna jingga dari kejauhan memancarkan sinarnya menyambut kedatangan kami. Dia sedang cantik-cantiknya.

Pemandangan sepanjang jalan Toboali
Jam 07.00
Tiba di Pelabuhan Sadai.
Pelabuhan ini mengingatkan Saya pada senyum sendu seseorang 1 bulan lalu and it smells like homesick.
Udaranya masih seperti kemarin..

Jam 07.30
3 Guide tampan tiba di Pelabuhan. Wajah-wajah sumringah menyambut kedatangan mereka. Akhirnya perjalanan panjang kita di mulai.
Trip kali ini ternyata Trip Bangka diliput langsung oleh Net TV yg disupport Pemkab Bangka Selatan.
menggunakan speed boat untuk menjangkau Pulau Kelapan kurang lebih 1 jam perjalanan.
Awalnya kami masih kebingungan ini bakal jadi perjalanan yang seru ngga yah..

Mengabadikan foto bersama Crew Net TV dan Trip bangka
Tiba di Pulau Kelapan jam 09.00, matahari mulai terik. Kawan-kawan bersiap dengan alat snorkeling dan pelampung. 
Spot snorkeling yang sebelumnya sudah pernah Saya kunjungi.

I wanna find you Nemo ... (Pulau Kelapan)
kekayaan bawah laut Pulau Kelapan
Kurang lebih 1 jam snorkeling di Pulau Kelapan. Saya dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Pulau selanjutnya. Bang Dimas,Guide dari Trip Bangka bilang kapal melaju menuju Pulau Lepar. Tepatnya Ke Tanjung Labu. 
yang Saya rasakan saat itu.. Seperti bertubi-tubi dikasih kejutan super duper happy. Ekspektasi perjalanan yang luar biasa realitanya.
wooopppsss !!! Akhirnya kesampean juga Ke Pulau Impian dibagian Selatan Pulau Bangka. Awesome


Pelabuhan Pulau Tanjung Labu

Sampai di dermaga Tanjung Labu, disambut hangat masyarakat lokal dengan sajian kuliner seafood rumahan dan suasana istimewa yang tak dapat dijumpai di restaurant bintang lima. Angin yang bertiup membuat teduh suasana makan siang kali ini meskipun panas matahari membakar pasir putih di sepanjang pesisir pantai. Canda tawa melengkapi cerita kami siang itu. 

Pukul 11.00 
Selesai makan siang kami melanjutkan untuk snorkeling spot selanjutnya yang tak jauh dari Pesisir Pantai. Hanya saja kami dibawa menggunakan perahu kecil agar segera sampai ke spot.
Dan pemandangan bawah lautnya tak kalah cantik ..



Aku cantik kan ? eh Karangnya cantik kan ?
Pukul 16.00
Tiba kembali di Pelabuhan Sadai Toboali.
Sebelum berpisah dengan rombongan lain yang selama beberapa jam ikut trip bareng, kami sempatkan untuk mengabadikan moment ini. lelah yang menyenangkan meskipun warna kulit jadi merah merona. Bahagia ini priceless.



Cerita di Toboali belum selesai. Masih ada cerita yang akan dibuat di sini. Semoga alamnya tetap indah, yang datang hanya membawa pulang foto, tidak merusak karangnya, tidak mengotori lautnya. 
Terima kasih Kejutan-kejutan di setiap perjalanan Trip Bangka. Sampai bertemu di Trip selanjutnya.

Salam
Monica

Jumat 18 Maret 2016

Notif di Path Talk masuk 1 pesan. Selang beberapa menit masuk 1 pesan lagi. Ko Ahon (read: Ko panggilan untuk Koko nama lain dari kakak laki-laki untuk keturunan Tiongoa) dan Yuk Oja (read: Ayuk/Kakak perempuan untuk Melayu Bangka)2 Travelmate yang Saya kenal dari seorang Sahabat Saya di kampus, Arie.
Pesan yang tiba-tiba membuat semangat Saya terpacu pagi itu.
"Pagi bu.. Open trip ke Kelapan hari minggu ini. Mau ikut ngga?"  

Kelapan ? Terdengar aneh tapi Saya sudah membayangkan sesuatu yang pasti sangat menyenangkan.
Sadai ? menggiurkan ? Chat Ko Ahon seketika merusak konsentrasi kerja pagi itu.
Buru-buru ke WC, Saya cerna kembali chat ko Ahon biar lebih tenang.
Pertanyaan bertubi-tubi berapa hari ? jauh ngga ? yang pergi siapa aja? Cost nya berapa?
Chat ngga cuma aktif di path talk. Segera mungkin Saya langsung open multiple chat ke temen-temen ngetrip biasanya. Amateur's Traveler sahabat kampus Saya yang ditakdirkan untuk jalan sama-sama explore Pulau Bangka.
Oke .. Promosi Pulau Kelapan ke mereka kali ini di Tolak karena ternyata mereka sudah ada rencana ke Air Terjun.
Tanpa pikir panjang walau negosiasi begitu alot akhirnya Saya memilih untuk ngetrip ke Pulau Kelapan. Berpisah sementara waktu dengan sahabat saya yg ngetrip ke Air terjun.

Sabtu 19 Maret 2016 17:56
Bingung apa aja yang harus dibawa ke Pulau.

Minggu 20 Maret 2016
02:06 (dini hari)
Tidur mulai tidak tenang.
Alarm di setting 10 menit sekali.
Tidur lagi
Bangun jam 03.00 
Ce Vero (read : "ce" panggilan untuk Kakak perempuan untuk keturunan Tionghoa) chat di Whatsapp 
Jam 03.50 Saya dan teman-teman mulai jalan dari kostan menuju ke kediaman Ko Ahon.
04.10
Perjalanan di mulai. jalanan masih terlihat lengang. sepi, kabut dan dingin. 2 kendaraan melaju sedikit cepat sepanjang jalan melalu pesisir pantai di Koba. Dari Pangkalpinang menuju ke Koba ada 8 orang yang di bagi di 2 kendaraan. Sampai di Koba masih ada 1 personil yang kami Jemput, Bang Arul.
05.00 Perjalanan dari Koba menuju Toboali
Sepanjang perjalanan kami di sambut indahnya Sunrise dari langit yang kemerah-merahan.
menuju pagi...

Pagi yang Cerah, Toboali.
Kota Bagian selatan Pulau Bangka. yang akhir-akhir ini terkenal dengan wisata baharinya.
Sejauh yang Saya kenal hanya sebatas terasi, makanan khas berbahan dasar udang kecil.
Perjalanan kami kali ini menggunakan jasa @Tripbangka
Meeting Point jam 08.00 di Pelabuhan Sadai,Toboali
Anda cukup merogoh kocek Rp 270.000/orang min 12 orang sekali perjalanan menuju Pulau Kelapan. Atau Rp 300.000/orang min 10 orang sekali perjalanan. 
Fasilitas yang Saya dapat di perjalanan kemarin Kapal,Foto underwater, Alat snorkeling, Pelampung, Makan Siang dan Snack. 
Dan perjalanan pun dimulai...
Kapal tongkang yang kami tumpangi mulai berlayar. Kami harus sedikit menginggikan suara ketika ngobrol disana karena suara mesin kapal yang yang sedikit berisik.
Lama perjalanan Kami di kapal kurang lebih 2 jam.
Saya rasa tidak begitu lama karena pemandangan yang disuguhkan sepanjang perjalanan tidak akan pernah membuat mata bosan untuk terus menatap ke depan.



Sepanjang Pesisir laut Saya melihat beberapa gugusan pulau kecil seperti Pulau Lepar, Pulau Burung, Pulau Tinggi dan ada banyak pulau lagi yang saya juga kurang tahu hehehe maklumlah first time menjelajah Laut bagian selatan Bangka.



Matahari terik-teriknya menyinari Hari minggu kami di laut Pulau Kelapan. Jangan lupa persiapan Sunblock ya menghindari paparan sinar matahari secara langsung biar ngga gosong.

Walau pada akhirnya semua akan gosong pada waktunya. Perih .. Perih ..
Kapal yang membawa kami ke Pulau Kelapan




Oke Saya perkenalkan satu-persatu travelmate saya kali ini. Mulai dari Kiri yang Pose "peace" itu Ko Ahon, Riski, Bang Arul, Bang Subhan, Ko Hadi, Ce Veronika, Yuk Oja, Ce Vero,

Kiri yang di bawah Bang Dimas (guide dari Tripbangka), Akbar dan Yuk Santi.
Beberapa dari mereka baru Saya kenal di perjalanan kemarin.


Tiba di spot snorkeling, Pemandu memberitahu rule nya.

dari mulai cara pemakaian alat snorkel, pengetahuan nama terumbu karang beserta spesies ikan sampai keamanan diri sendiri saat berada di laut.
Kalian tau rasanya terjun bebas dari kapal ke laut ditengah teriknya matahari ?
Yang saya bayangkan pertama kali pasti hitam hahaha


Saya melepas semua kepenatan berenang bebas, lepas..

Kamu tahun Tuhan menciptakan segalanya begitu sempurna.
Alam yang indah penuh warna.
Nikmati pesonanya dan jaga alamnya.

Terumbu karang tidak boleh di sentuh apalagi diinjak. 1 sentuhan saja bisa membunuh terumbu karang.
Disana bisa melihat Acropora, Anemone, Montipora, euphyllia, dll.
Pertumbuhan karang acropora hanya 15cm pertahun. 

acropora dan montipora


Anemone dan Clownfish


Tepat jam 12.00 kami berhenti sejenak untuk istirahat makan siang. Kapal melaju kembali untuk mampir ke pesesir pantai. Beberapa Pulau tidak bisa kami singgahi karena pesisirnya yang dikelilingi karang takut kapal karam. Alhasil kami menikmati santap siang diatas kapal. Mesin kapal dimatikan dan kami menikmati makan siang kami penuh syukur. 

Jam 13.00
Melanjutkan ke spot selanjutnya yang Saya lupa apa nama spot snorkeling terakhir.

Mampir ke Pulau Burung 15.00
Saya menemukan bintang laut di sini. Tersenyum bahagia pegang ini binatang laut, aslinya geli minta ampun pengen lepas cepet-cepet.


Mercusuar yang ada di Pulau Burung Bangka Selatan
sumber : Tripbangka
Satu lagi saran perhatikan kondisi laut ketika asik berada di pulau. Jangan sampai kapal karam karena air laut mulai surut.

Tiba di pelabuhan Sadai kembali tepat pukul 18:00. Perjalanan Tour Pulau Kelapan Selesai.
Makan malam bersama di Toboali lalu kami prepare untuk pulang kembali ke Pangkalpinang menempuh perjalanan kurang lebih 2.5 jam sampai 3 jam. Perjalanan selesai

Jangan Lupa Bahagia :)

Salah satu pengalaman ngetrip yang tak akan terlupakan.
Terima kasih @Tripbangka for guiding us.
You can follow @Tripbangka @Bangkaunderwater (Instagram)
Tripbangka (Facebook)

Let's Visit Bangka !!